Mungkin diantara kita ada yang sudah mengetahui tayangan Kisah Tukang Sampah Indonesia di BBC
TV Inggris. Dimana pada tayangan tersebut menceritakan Bin Man atau tukang sampah dari Inggris ingin melihat bagaimana
cara bekerja tukang sampah di Indonesia dalam hal ini Jakarta. Dan hasilnya
sudah pasti bisa ditebak. Bin man
dari Negara maju seperti Inggris datang melihat kondisi tukang sampah dan
persampahan di Jakarta pasti menemukan sesuatu yang sangatlah jauh berbeda
dengan di Negara asalnya.
Ketika acara tersebut ditayangkan tidak hanya di TV inggris
melainkan juga di Brussel dan Amerika Serikat, dan disebarluaskan melalui media
massa (http://makassar.tribunnews.com/2012/02/01/kisah-tukang-sampah-indonesia-di-bbc-tv)
sampai ke media social seperti facebook dan twitter akhirnya mengundang banyak
tanggapan dari warga Indonesia sendiri baik yang berada di Luar Negeri maupun
di tanah air. Tanggapan itu pun beraneka ragam, ada yang merasa kasihan kepada
Pak Iman sebagai main actor dalam
kisah tersebut, ada yang merasa malu karena sisi lain dari Indonesia terekspose ke segala penjuru dunia,
bahkan ada pula yang mengecam pemerintah atas ketidakpekaannya terhadap masalah
sosial warganya dan ketidakbecusannya menangani persampahan di negeri tercinta
ini, Indonesia.
Siapa yang benar dan siapa yang salah bukan lagi topik yang menarik
untuk dibahas kali ini. Tantangan persampahan sudah nongol dihadapan kita sejak dahulu kala. Persampahan ini bagaikan
benang kusut yang sepertinya butuh waktu lama dan teknologi canggih untuk
meluruskannya.
Hmmmmmmm ……. **tarik napas sejenak dan dihembuskan
seketika..** ^_^
Kalau boleh dibilang, sampah itu berawal dari setiap individu
dimana pun berada. Misalnya saja saya yang ke kampus selalu membawa bento (bekal) dan pasti ada sisanya
(sampahnya) entah itu tulang ikan, potingan cabe, maupun kulit jeruk. Belum lagi dengan hobi saya yang suka ngemil
entah di apato (apartement) maupun di lab, pasti plastiknya kusisain.
Kalau belanja? Hmmm pasti ada struk belanjanya yang ujung-ujungnya akan jadi
sampah. See…, dimana-mana saya
menghasilkan sampah. Lalu kemana sampah-sampah itu..?? “buang di tong sampah
pastinya..” Betul 100%. Tapi sayangnya di kota ini, Matsuyama, tong sampah jarang ditemukan di tempat-tempat umum. Sampah
memanggil sampah, Berkurangnya tong sampah berarti berkurang pula sampah-sampah
yang berceceran.
Jadi dikemanakan donk sampah-sampah itu..?? Emang kalau buang
disembarang tempat kena denda ya..??
Well.., Sejauh ini saya belum pernah mendengar ada peraturan
mengenai buang sampah disembarang tempat akan terkena denda, saya juga belum
pernah mendengar ada orang yang didenda karena buang sampah disemberang tempat.
Cek per cek setiap sumber sampah di
kota ini bertanggung jawab akan sampahnya sendiri. Setiap bepergian, rekreasi
atau makan bersama misalnya, sampah–sampah yang dihasilkan sering di bawa kembali
ke rumah.
Nah, sampah-sampah tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan
jenisnya. Disini, sampah dibagi menjadi 6 jenis kalau nggak salah. Ada sampah dapur atau
yang sifatnya burnable, sampah
kertas, sampah majalah atau Koran atau kardus, sampah plastik, sampah botol
berbahan plastic, sampah kaleng, dan sampah
barang pecah belah. Setiap sampah tersebut dimasukkan ke plastic bening, diikat
dengan rapi dan nunggu deh tukang sampahnya datang. Untuk sampah kardus atau majalah atau kardus
cukup diikat dengan rapi tanpa memasukkannya di kantung palstik bening lagi,
begitu pula dengan sampah barang pecah belah.
Sampah Burnable setelah arisan di Dogo, Matsuyama
Oh hampir lupa, untuk sampah botol punya treatment tersendiri sebelum dimasukkan ke plastic sampah. Botol
tersebut harus dipisahkan dengan tutup botol dan plastiknya, tidak hanya itu,
botol-botol tersebut harus dikempesin atau dipenyetin
dulu sebelum dibuang seperti pada gambar dibawah. Bahkan untuk yang satu ini,
disini udah ada alatnya tersendiri loh. Alat untuk penyetin botol dan kaleng dengan mudah. **Hmmmm..mreka udah pikirkan
sampe yang kedetail-detailnya..** Sayangnya saya belum punya alat ini,
berhubung masih senang dengan cara manual, diinjak pake kaki maksudnya. ^_^
Tugas kami untuk mengelola sampah kami sendiri udah selesai. Selanjutnya
tugas si Bapak tukang sampah. Mereka datang hampir setiap hari dan biasanya jam
8.30 pagi udah ada. Dengan baju atau mantel warna hijau, menggunakan kaos
tangan plastic dan topi pabrik berwarna putih layaknya seorang insinyur, mereka
siap bekerja mengangkut sampah-sampah kami. Dengan mobil sampah berwarna hijau
dan diiringi lagu seperti halnya penjual es cream di tempat asal ku, mereka
mengambil sampah ku yang standby
dengan manisnya di depan apato. Tapi tunggu dulu, sampah-sampah tersebut akan
diangkutnya apabila tersimpan dalam plastic bening dan terikat rapi, dalam satu
plastic tersebut tidak tercampur dengan sampah-sampah lainnya, dan sesuai
dengan jadwal jenis sampah pada hari itu. Untuk ini, setiap kecamatan di daerah
ini memiliki kalender jadwal sampah yang berbeda.
Kalender Sampah Wilayah Tarumi, Matsuyama
Di kalender sampah ini sudah nampak
dengan jelas jenis sampah apa saja yang akan diangkut pada hari-hari apa saja. Waktu
pengangkutan sampah-sampah tersebut dibedakan berdasarkan warna. Pink untuk
sampah jenis burnable, kuning untuk
sampah plastic, biru untuk sampah barang pecah belah, dll.
Walaupun kata salah satu dosen ku disini bahwa Jepang
merupakan salah satu Negara yang paling memusingkan dalam hal sampah tapi
tidaklah mengapa karena itu hanyalah berlaku pada pemula saja. Lama kelamaan
jadi terbiasa juga kok.. Ala bisa karena biasa…… Ini hasilnya :
Sudut Poros Kota Matsuyama, Ehime, Japan
Sudut Jalan Depan Dogo, Matsuyama, Ehime, Japan
Matsuyama di Kala Malam
Salah satu kanal di Matsuyama, Ehime, Japan
See...!!! Bersihkan... Saya yakin, kalo masyarakat Indonesia juga bisa kok.
Finally…, Bye bye sampah…, Sampah No Problemo ^_^
-ika laban-